METODE GEOLISTRIK
Nama : Novita Awal Ristanti
NIM : 145090701111003
|
Dasar Teori dan Prinsip dalam Geolistrik
Geolistrik
merupakan metode eksplorasi geofisika yang menyelidiki bawah permukaan dengan
menggunakan sifat-sifat kelistrikan batuan. Sifat-sifat kelistrikan tersebut
antara lain, tahanan jenis resistivity, conductivity, dielectric constant,
kemampuan menimbulkan self potential dan medan induksi serta sifat menyimpan
potensial dan lain-lain.
Salah
satu jenis metode geolistrik adalah metode resistivitas. Dimana pendugaan
geolistrik resistivitas dilakukan dengan menginjeksikan arus listrik buatan ke
dalam tanah melalui elektroda arus, kemudian mengukur beda potensial pada
elektroda potensial. Hasil pencatatan akan dapat mengetahui tahanan jenis
batuan yang dilalui oleh arus listrik.
Pada
metode geolistrik resistivitas dibagi menjadi 2 :
§ Metode Resistivitas Mapping
Merupakan metode resistivitas untuk
mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara lateral atau horizontal,
pada metode ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk semua titik
pengamatan di permukaan bumi dan dibuat kontur isoresistivitasnya.
§ Metode Resistivitas Sounding
Metode ini dikenal dengan metode
resistivitas drilling yaitu suatu metode yang mempelajari variasi resistivitas
batuan dibawah permukaan bumi secara vertikal. Pada metode ini pengukuran titik
sounding dilakukan dengan jalan mengubah-ubah jarak elektroda, pengubahan jarak
elektroda dilakukan dari jarak elektroda yang kecil kemudian membesar secara
gradual. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalaman lapisan batuan yang
terdeteksi. Makin dalam lapisan batuan, maka semakin besar pula jarak
elektroda. Pada pengukuran pembesaran jarak elektroda dilakukan jika mempunyai
suatu alat geolistrik yang memadai. Alat geolistrik tersebut harus dapat
menghasilkan arus listrik yang cukup besar atau alat tersebut harus cukup sensitif
dalam mendeteksi beda potensial yang nilainya cukup kecil.
Konsep
dasar metode resistivitas adalah Hukum Ohm. Dengan rumus sebagai berikut :
Hukum Ohm
menyatakan bahwa potensial atau tegangan antara ujung-ujung penghantar adalah
sama dengan hasil kali resistansi dan kuat arus. Hal ini diasumsikan bahwa R
tidak tergantung I (R adalah konstan/tetap).
Apabila ditinjau pada sebuah
kawat dengan panjang ℓ yang terhubung dengan potensial di setiap ujung-ujungnya
sebesar V1(+) dan V2(-) akan memberikan beda potensial ΔV,
sehingga terdapat aliran muatan positif (I) yang bergerak dari potensial
tinggi V1(+) ke potensial rendah V2(-). Adanya beda potensial di
antara kedua ujung kawat menyebabkan adanya kuat medan listrik E. Kuat
medan listrik E pada penghantar sebanding dengan beda potensial ΔV dan
berbanding terbalik dengan panjang kawat penghantar ℓ.
Semakin besar ΔV dan luas
penghantar A, maka semakin banyak muatan yang berpindah dan kelajuan
perpindahan muatan pun semakin besar. Ini berarti arus listrik menjadi:
Besaran rapat arus
listrik (J) merupakan besaran vektor arus listrik per satuan luas
penghantar lintang kotak, yaitu
dengan J adalah rapat arus
(ampere/m2), I adalah kuat arus listrik (ampere) dan A adalah
luas penampang penghantar (m2). Apabila pada medium homogen isotropis dialiri
arus searah (I) dengan kuat medan listrik E (volt/meter), maka
elemen arus (dI) yang melalui suatu elemen luas (dA) dengan rapat
arus ( ) akan berlaku hubungan:
dengan σ adalah konduktivitas penghantar
dan ρ adalah resistivitas penghantar. Kuat medan listrik adalah gradien dari
potensial skalar.
Kuat arus listrik pada
penampang juga bergantung pada jenis penghantar yang dinyatakan oleh
resistivitas penghantar (ρ) yang dinyatakan dalam ohmmeter (Ωm) atau besaran
konduktivitas σ yang memenuhi hubungan yang dinyatakan dalam (ohmmeter)-1.
Hubungan antara besar arus listrik dan resistivitas penghantar dapat ditulis
sebagai berikut:
Sehingga, nilai tahanan dari penghantar
adalah:
dengan R adalah resistansi (ohm), ρ
adalah resistivitas penghantar (ohmmeter), adalah panjang penghantar (meter)
dan A adalah luas penampang penghantar (m2) (Jati, 2010). Resistivitas ρ
dan konduktivitas σ adalah besaran-besaran yang menjelaskan mengenai baik atau buruknya
bahan-bahan atau material-material dalam menghantar listrik (Suyoso, 2003 ).
Sumber
:
Sajana. 2011.
“Prinsip Umum Metode Geolistrik”. 17 November 2016.
Badawi. 2014. “Metode Geolistrik”. 17 November 2016.
Konfigurasi dalam Metode
Geolistrik
§ Konfigurasi Wenner
Pengukuran
ini dilakukan dengan cara meletakkan titik-titik elektroda dengan beda jarak
satu sama lain yang sama. Elektroda yang bersebelahan akan berjarak sama (AM =
MN = NB = a).
Dari
konfigurasi wenner, didapatkan faktor geometri sebagai berikut :
Konfigurasi
ini memiliki kelebihan dalam ketelitian pembacaan karena memiliki nilai
eksentrisitas yang tidak terlalu besar atau bernilai sebesar 1/3. metode ini
juga salah satu metode dengan sinyal yang bagus. Kelemahan dari metode ini
adalah tidak bisa mendeteksi homogenitas batuan di dekat permukaan yang bisa
berpengaruh terhadap hasil perhitungan. Selain itu, metode ini membutuhkan
biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan konfigurasi yang lain karena
setiap berpindah, maka kabel harus diganti dengan yang lebih panjang.
§
Konfigurasi Schlumberger
Pengukuran
ini dilakukan dengan cara yang sama dengan Wenner, namun jarak elektroda arus
dapat diubah tidak sama dengan jarak elektroda potensial. Nilai eksentrisitas
dari konfigurasi ini dapat berkisar antara 1/3 atau 1/5. Apabila elektroda arus
yang dipindah sudah melewati batas eksentrisitas, perlu dilakukan shifting pada
elektroda potensial agar nilai yang didapatkan masih bisa terbaca.
Dari
konfigurasi Schlumberger, didapatkan faktor geometri sebagai berikut :
Konfigurasi
schlumberger biasanya digunakan untuk sounding,
yaitu pengambilan data yang difokuskan secara vertikal. Kelebihan dari
konfigurasi ini adalah dapat mendeteksi adanya non-homogenitas lapisan batuan
pada permukaan dengan cara membandingkan nilai resistivitas semu ketika
shifting. Sedangkan kelemahannya adalah pembacaan pada elektroda MN kecil
ketika AB berada sangat jauh, hampir melewati batas eksentrisitasnya.
§
Konfigurasi Dipole-Dipole
Pengukuran ini dilakukan dengan
cara yang sangat berbeda dengan dua konfigurasi diatas. Elektroda potensial
diletakkan berjauhan dengan jarak na dari elektroda arus.
Dari
konfigurasi Dipole-dipole, didapatkan faktor geometri sebagai berikut :
Kelebihan dari konfigurasi ini
adalah biaya yang dikeluarkan tidaklah mahal jika dibandingkan dengan wenner
dan schlumberger. konfigurasi ini juga dapat digunakan untuk mapping, yaitu pengukuran yang memfokuskan
hasil secara lateral. untuk kekurangannya adalah konfigurasi ini memiliki
kualitas sinyal yang jelek jika dibandingkan wenner dan schlumberger. Selain
dipole-dipole kita dapat melakukan pengurangan elektroda sehingga konfigurasi
tersebut menjadi pole-dipole (pengurangan 1 elektroda) atau pole-pole (2
elektroda).
§
Konfigurasi Pole-Pole
Pada konfigurasi
Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu elektrode untuk
potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada sekitar lokasi
penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1 terhadap
lintasan pengukuran.
Dari
konfigurasi Pole-pole, didapatkan faktor geometri sebagai berikut :
§
Konfigurasi Pole-Dipole
Pole-dipole digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode
potensial. Untuk elektrode arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian
dengan jarak minimum 5 kali spasi terpanjang C1-P1.
Dari
konfigurasi Pole-dipole, didapatkan faktor geometri sebagai berikut :
Sumber
:
Hazar. 2015. “Metode Geolistrik
Resistivitas”. 17 November 2016.
Komponen dan Alat-alat
Geolistrik
Dalam pengukuran metode
geolistrik, beberapa alat yang diperlukan antara lain resistivity meter, aki,
kabel, elektroda, GPS, HT, palu dan tabel data percobaan.
Resisitivity meter
merupakan alat yang digunakan untuk mengukur geolistrik tahanan jenis.
Sedangkan alat yang digunakan dalam pengukuran geolistrik Induced polarization
(IP) yaitu IP meter. Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan
kalibrasi pada alat resistivity meter. Resistivity meter dihubungkan pada kabel
dan berhubungan dengan elektroda yang ditanam di permukaan bumi untuk mengukur
tahanan jenis. Kabel yang digunakan biasanya disesuaikan dengan jarak atau
bentangan panjang yang akan diambil.
Elektroda merupakan perantara mengalirnya arus dan potensial, dan permukaan
bumi dianggap sebagai tahanan. Elektroda biasanya terbuat dari baja, alumunium
atau kuningan. Untuk mempermudah dalam penanaman elektroda digunakan palu
sebagai alat bantu dalam penanaman, dan pada kondisi tanah yang kering digunakan
air untuk mempermudah penanaman elektroda.
Sumber energi yang
digunakan dalam metode geolistrik adalah aki, karena aki merupakan salah satu
sumber energi listrik yang praktis pada saat digunakan untuk pengambilan data.
Aki hanya memberikan sumber masukan yang kecil, sehingga di dalam resistivity
meter terdapat komponen yang dapat menguatkan sinyal masukan sehingga
pengukuran tahanan jenis dalam geolistrik resistivitas dalam dilakukan.
Alat bantu lain yang
digunakan dalam metode ini adalah GPS dan HT. Yang mana GPS digunakan untuk
mempermudah dalam penentuan titik-titik pengambilan data yang telah ditentukan
dalam desain survei. HT digunakan untuk mempermudah komunikasi antar pengambil
data.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar